Cara Unik Meningkatkan Jiwa Nasionalisme

August 17, 2017


Semangat jiwa nasionalisme berperan penting dalam menjaga keutuhan bangsa dan negara. Bangsa Indonesia dikenal dengan beragamnya suku, ras dan budaya. Keragaman tersebut bisa saja menjadi faktor betapa rentannya keutuhan bangsa Indonesia jika semangat, rasa dan jiwa nasionalisme tersebut mulai luntur dan menghilang.

Dikutip dari buku Kohn,“Joseph Ernest Renan mengatakan bahwa nasionalisme adalah sekelompok individu yang ingin bersatu dengan individu-individu lain dengan dorongan kemauan dan kebutuhan psikis” (Kohn, 1984).

Jika kita melirik sejenak dengan sedotan kecil, apa yang pernah dikatakan oleh presiden pertama RI, Ir. Soekarno, itu memang benar adanya. 

“Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri.” – Bung Karno.

Kebencian antar sesama manusia itu adalah hal yang wajar. Namun ini bukan berarti harus dibiarkan saja. Tinggal bagaimana kita menanganinya, tinggal bagaimana kita mengontrolnya, dimana hal-hal yang bersifat negatif ini harus dipendam tak perlu diluapkan secara berlebih.

Seorang anak balita bisa saja mempunyai rasa benci kepada sekawannya jika ia tidak dipinjamkan mainan yang diinginkannya.

Sekarang kita gunakan sedotan kecil untuk melirik ke bagian lain.

Naluri pada usia remaja membawa seseorang untuk mencari jati dirinya. Hal-hal sepele yang sebenarnya masih bisa ditoleransi dan diselesaikan dengan baik menjadi perkara besar karena nalurinya itu. Tak ingin dianggap lemah karena penyelesaian yang dianggap kurang jantan, mereka memilih jalan untuk melakukan kekerasan antar kelompok. Siapa yang menyerah, maka ia kalah, sedangkan musuhnya menang. Tak terima kalah, menjadi dendam yang turun-temurun pada generasi-generasi kelompoknya.

Tawuran antar pelajar maksudnya.

Belokkan sedotan kecil untuk melihat kebagian lain lagi.

Sepak bola menjadi tontonan menarik bagi bangsa kita Indonesia. Namun bagaimana bila perbedaan selera membuat mereka menjadi bermusuhan? Hanya karena perbedaan tim yang diidolakan membawanya pada kekerasan. Padahal kita tau, persaingan dalam dunia olahraga hanyalah sebatas dalam arena. Diluar itu mereka menjalin komunikasi dengan baik, kalaupun ada hanya segelintir orang yang membawa persaingan keluar arena. Namun pendukungnya?

"MIN, ADIL DONG!! MASA CUMA SEPAK BOLA YANG DISEBUT!!"

Hey hey, ini sebatas sample saja. Itulah apa maksud sedotan kecil ini. Jika dengan sedotan kecil saja kita bisa melihat, apalagi dengan mata terbuka lebar. Dengan kata lain, sample ini mudah dan banyak orang yang tahu adanya.

Rasa nasionalisme menurut saya itu adalah naluri. Rasa ini muncul ketika mereka merasa terusik. Namun sayang keberadaannya kini kian meruncing pada hal-hal kecil seperti sample diatas.

Uniknya, secara sadar maupun tak sadar bangsa penjajah kini kian diidolakan. Itu pertanda rasa nasionalisme terhadap NKRI harus dibangkitkan lagi. Ada banyak cara seperti menuturkan pada kegiatan upacara bendera oleh pembina upacara. Mata pelajaran PKN maupun Sejarah Indonesia. Perlombaan 17 Agustus. Itu sangat mainstream. Dalam upacara bisa saja masuk telinga kanan keluar kiri. Dalam mata pelajaran masih banyak yang berpikiran pelajaran PKN atau Sejarah Indonesia tidak terpakai di dunia kerja, tidak meningkatkan skill mereka. Dalam perlombaan 17 Agustus, hadiah yang lebih dipikirkan. Sehingga mereka lupa, bahwa salah satu intisarinya ialah "meningkatkan jiwa nasionalisme" kita.

Solusi lain adalah dengan cara unik berikut.


  1. Menonton film-film perjuangan
Tapi masyarakat sekarang sudah mulai "pintar". Mereka sadar kalau film adalah sebatas settingan belaka. Intinya, kesulitan mereka adalah mengambil intisarinya. Namun dengan film perjuangan, mereka akan lebih merasakan larut pada cerita film tersebut. Dalam hati akan banyak muncul pertanyaan. "dahulu bagaimana ya rasanya kalau mau pergi ke pasar. terancam oleh serangan dari berbagai arah" itu salah satunya.

Ambil contoh di youtube. Mungkin banyak yang tidak sengaja menonton kembali film perjuangan karena ada yang menyebarkan film tersebut di media sosial seperti facebook. Namun jika kita lihat komentarnya, mungkin ada yang menebar kebencian pada negara penjajah. Itu tandanya mereka kembali sadar akan sejarahnya pada zaman dahulu.

Saya juga ingat ketika zaman kecilku dulu masih sering dipertontonkan film perjuangan pada saat mendekati HUT RI. Efeknya ialah anak-anak seusiaku dulu mainannya ialah tembak-tembakan dari pohon pisang. Bukan maksudku ingin anak-anak bermain tembak-tembakan yang lebih berbahaya, tapi intinya mereka merasakan rasa nasionalisme dan perjuangan. Itulah juga mengapa anak-anak dulu banyak yang mencita-citakan menjadi seorang polisi atau bahkan TNI.

Namun kini sangat disayangkan, masyarakat kita yang menyukai cerita drama malah disajikan tontonan yang kurang mendidik di berbagai stasiun televisi. Sinetron percintaan memang mengajarkan apa itu cinta, namun membuat mereka lemah, galau, dan benci. "yaah, kok si Odit malah jadian sama Inem. :( " "Wah ternyata si Jodi jahat, mau ngrebut si Inem dari Odit.". Acara bagi-bagi hadiah yang kian berlebihan, gila harta hingga tebar aib. Acara berita yang beritanya kini kian aneh, hal kecil diungkit, banyak duit banyak episode, berita karya dan prestasi anak bangsa entah kemana.

Kini, apakah anda sudah mengambil intisari dari bacaan ini? Mari kita tingkatkan rasa nasionalisme kita, dukung produk dalam negeri, bangun Indonesia bersama menjadi negara maju!

You Might Also Like

0 comments


Quotes

Like us on Facebook