Hampir Tertipu Jual Beli Berkedok e-Cash

June 14, 2017


Namanya barang kepunyaan, kadang ada juga rasa jenuh ketika memilikinya. Mau didiemin sayang, dipake juga jarang, hingga terbesitlah dipikiran, “kenapa ga coba dijual saja?”.

Saat itu aku punya helm yang terpikirkan olehku untuk dijual. Jual santai saja sih, laku ya syukur, engga ya sudah, pakai sendiri lagi hehe. Ga pakai lama langsung foto-foto jepret, pasang disitus jual beli barang bekas yang cukup fenomenal berinisial O. Iklan selesai dipasang, tak lupa publikasi ke sosmed-sosmed andalan.

Baru satu jam selepas pemasangan iklan, tiba-tiba ada seseorang nge-WA saya. “Mas, saya minat barangnya”. Dalam hati, “wah juozz iki, tembe wae pasang langsung tokcer.”

Negosiasi sana sini, hingga timbul rasa curiga. Yaitu ketika harga sepakat akhirnya harga yang saya pasang dan ongkir ditanggung pembeli dan kirimnya itu jauhhh, kemudian saya sempat meralat ongkirnya, karena ternyata perhitungan ongkir saya salah sebab dimensi yang cukup besar. Alhasil, biaya yang dikeluarkan pembeli lebih besar. Anehnya, pihak pembeli langsung “oke deal, nanti saya transfer langsung”. Spontan saya jawab saja “oke saya tunggu”.

Kurang lebih 2 jam pasca deal, pihak pembeli langsung memberikan bukti pembayaran dan berkata “sudah saya transfer, mohon kejujurannya mas”. “Baik mas, barang sudah masuk kardus, tinggal bungkus paket lalu kirim, barang akan dikirim jika saldo terbukti masuk ke rekening saya.” jawabku. Jebrett... Lah kok pakai e-cash mandiri? Feeling sudah ngerasa ada yang ga beres.. Langsung gaspol ke atm (kebetulan belum pakai sms banking), cek saldo.

Kaget dan terdiam seribu bahasa, ternyata saldo masih utuh, ga bertambah sepeserpun. Kemudian saya pulang dan menghubungi pihak pembeli (karena hp ga dibawa dan di charge). “Mas, uang belum masuk, nanti saya cek lagi kalo itu salah”. “Kok belum masuk?” jawabnya, kemudian minta bukti. Entah bagaimana, mungkin inilah cara Allah menyelamatkanku, dimana handphone ga dibawa, terus ga difoto itu nominal untuk langsung dikirim buktinya.

Sesaat kemudian aku cek lagi ke atm, ternyata masih sama, dan aku print-kan mutasi rekeningnya, karena kutahu yang dicari oleh pihak pembeli adalah foto nominal saldonya.
Langsung aku foto bukti mutasi dan kirim ke pihak pembeli. “Saldo belum masuk, barang akan dikirim jika sudah masuk.”



Kemudian pihak pembeli memberikan petunjuk, “sudah dibaca belum? Harus diambil lewat atm mandiri bla bla bla.. harus aktifin kode rp dulu.”

Sekejap kubertingkah sebagai orang awam, “kode apa itu?” terus  aku jawab seolah ku tak tahu.
Sembari menjawab pertanyaan, aku browsing di internet tentang penipuan e-cash mandiri.. Aku berusaha menerapkan supaya skenarionya terbaca seperti di internet.

Akhirnya, sang penipu mengirim gambar editan tentang cara penarikan dana transferan dari e-cash dan tertera “saldo penerima minimal 500ribu”. Jelas sekali editan, apalagi edit-edit foto seperti makananku tiap hari.. (sok sokan, padahal mah kaga haha)

Setelah sudah terbaca olehku skenarionya. Sontak kujawab “Saya minta bukti mutasi rekening agan”.
“Ya Allah gan, kan agan tinggal aktifin sebentar gan.. bla bla bla.” pakai voice chat. Kepikiran ga sih? Seberapa susah sih ngirim bukti mutasi? Lebih bentaran mana sama ngakifin kode ga jelas begitu?

Dengan terus mengatasnamakan kejujuran, kerjasama, dan puasa, terus bersikukuh untuk membujuk aku supaya mengaktifkan kodenya.

“Baik, ini final.” Pikirku. Aku kirimkan foto hasil browsing saya, yaitu artikel dari toko online berinisial O yang menganjurkan kehati-hatian terhadap penipuan e-cash. “serupa” kutulis sebagai keterangan gambar.

“Maksudnya apa gan? Minta kejujurannya.” Jawabnya. Kemudian kujawab “Saya juga minta kejujurannya agan.”

Akhirnya Cuma di read. Dua hari kemudian, aku diblok olehnya.

You Might Also Like

3 comments

  1. memang sih mas untuk pembayaran melalui e-cash ini kita harus lebih teliti, apalagi sekarang jamannya serba bisa dengan editing, dan makasih artikelnya mas berguna untuk banyak orang supaya lebih hati-hati. Nice post

    ReplyDelete
  2. Saya ragu kalo belanja online takut kena tipu, kecuali kalo dari perusahaan yang sudah terpercaya (bukan dari perorangan).

    ReplyDelete


Quotes

Like us on Facebook