Zaman Modern Selera Masih Jadul

June 17, 2017


Mungkin lebih familiar disebut “ketinggalan jaman”. Ya kurang lebih begitulah keadaanku saat ini. Tapi itu tidak menjangkit pada seluruh kehidupanku. Namun hanya pada beberapa hal seperti musik dan otomotif. Khusus untuk musik, saya memang terlalu suka sama musik-musik jadul 80-90an. Berbeda dengan otomotif yang hanya kagum pada model-model jadul. Aku tidak akan membahas dunia otomotif lebih dalam di sini.

Sekarang zaman sudah zamannya serba canggih. Musik EDM, entah apa itu (google : Electronic Dance Music). Jelasnya musik yang sudah menggunakan media elektronik sebagai instrumennya dan terkesan modern. Suara yang dihasilkan kadang sulit untuk dijelaskan. Berbeda dengan suara-suara konvensional yang gampang ditebak. “oh itu suara gitar akustik, oh itu suara piano, oh itu suara bass drum.” Tapi aku juga tidak akan membahas musik EDM lebih dalam.

Di zaman yang serba modern ini, tidak sejalan dengan seleraku soal musik. Justru aku lebih suka pada musik-musik jadul 80-90an. Bagiku musik-musik pada zaman itu terasa antik didengar. Tidak jarang khayalanku terbawa sampai pada zaman itu, membayangkan keadaan pada zaman itu sesuai dengan suasana musik.

Rock, mungkin genre ini yang sedang booming pada saat itu khususnya di Indonesia, Malaysia, Singapura, dan sekitarnya. Sedangkan sub-genre yang paling aku sukai adalah Slow Rock.


Aku bukanlah orang yang terlahir zaman itu, namun pada zaman 90-an, lebih tepatnya akhir 90-an. Sudah pasti aku hanya bisa menikmati sisa-sisa musik bernuansa balada. Slow rock memang sangat kusuka. Lagu-lagu dari band malaysia yang dikenal dengan kesan cengeng, kurang energik, karena nuansa cinta, justru itu yang lebih membius aku.

Grup Band seperti Search, Wings, Iklim, Bumiputra Rockers, dan sebagainya memberikan kesan yang spesial pada diriku. Mungkin cukup aneh di zaman sekarang jika mendengar lagu Isabella atau Suci Dalam Debu kemudian menyebutnya bahwa “ini lagu rock broo..” Karena anak-anak zaman sekarang mungkin lebih kenal dengan rock yang keras, rock yang menyiksa tenggorokan ketika dinyanyikan, dan sebagainya. Padahal jika ditelusur lebih dalam, grup band yang kusebut tadi di album yang dirilisnya juga lebih banyak membawakan lagu-lagu yang bertempo cepat, energik, bukan selalu tentang cinta.


Namun, itulah seleraku. Tak pernah bosan mendengarkan lagu-lagu itu. Lagu yang penuh emosi, bahkan tak jarang melodinya terkesan “pasaran” hingga orang yang baru mendengar sekalipun dapat dengan mudah menebak dan mengikuti alunan melodinya.

Lirik yang penuh makna sangat menyentuh disampaikan dengan tersirat maupun tersurat dibalut dengan nada-nada yang amat sangat menegaskan keadaannya. Nada yang terkadang “tak tahu diri” pun turut ikut membalutnya. Yaitu nada-nada tinggi dengan puncak kemampuan sang penyanyi. Sehingga kadang pun tak heran ketika melihat video siaran langsungnya, ada nada-nada tinggi yang miss, tak sampai, karena puncak kemampuan kita tidak datang di setiap waktu.


Penyanyi dan ahli pada band-band zaman itu mungkin sekarang sudah cukup berumur. Ada beberapa yang masih memiliki suara emas, adapula yang suaranya mulai pudar ditelan usia. Bahkan ada yang sudah lebih dulu dipanggil Tuhan YME.

Untuk penyanyi rock di Indonesia, pasti semua akan melirik pada penyanyi muda masa lalu alm. Nike Ardilla. Beliau memiliki suara emas, itulah yang masyarakat Indonesia sukai. Namun takdir berkata lain. Penyanyi muda lain yang memiliki nasib serupa ialah Poppy Mercury. Lagu favoritku ialah ketika ia berduet dengan Saleem Iklim membawakan lagu "Suci Dalam Debu".


Aku pun tak sadar kalau kata-kata yang telah ku ketik ini sudah lebih dari 500 kata. Mungkin akan kusambung di lain waktu dengan mengulasnya lebih dalam. Sangat berterima kasih untuk teman yang sudah membaca hingga akhir tulisan ini.

You Might Also Like

1 comments


Quotes

Like us on Facebook